Alloh SWT berfirman:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji?” (QS. al-Ankabut [29]: 2).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa suatu hal yang pasti terjadi dimana Alloh SWT akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman. Ujian adalah sebuah kemestian. Besarnya ujian yang diberikan sesuai dengan kadar keimanan mereka. Hal ini sebagaimana dijelaskan pula dalam hadits Rosululloh SAW:
(( أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُوْنَ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ. يُبْتـَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ، فَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ صَلاَبَةٌ زِيْدَ فِيْ البَلاَءِ ))
“Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang sholeh, lalu yang dibawah mereka, demikian seterusnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar agamanya (keimanan). Jika agamanya kokoh maka akan ditambahkan ujiannya” (HR. Tirmidzi)
Ayat ini semakna dengan ayat berikut ini:
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad diantara kalian dan belum nyata orang-orang yang sabar”. (QS. Ali Imron [3]: 142)
Alloh SWT memerintahkan kita untuk menerima segala bentuk ujian dengan bersabar, sebagaimana melarang kita untuk berputus asa dari rahmat-Nya.
“Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Alloh selain kaum yang kafir”. (QS. Yusuf [12]: 87)
Alloh SWT juga telah menegaskan bahwa setiap kesulitan pasti akan diiringi oleh kemudahan, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. al-Insyiroh [94]: 5-6)
Ujian dari Alloh SWT merupakan tanda cinta-Nya kepada seorang hamba. Semakin besar ujian akan semakin besar pula pahala yang Alloh SWT berikan jika ia menyikapinya dengan penuh kesabaran, menerima ketentuan-Nya dengan ridho dan lapang dada.
Rosululloh SAW bersabda:
(( إِنَّ عِظَمَ اْلجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ اْلبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْماً اِبْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ ))
“Sesungguhnya besarnya pahala seiring dengan besarnya musibah. Jika Alloh mencintai suatu kaum pasti Dia akan menguji mereka. Barangsiapa ridho (dengan ketentuan-Nya) maka ia akan mendapat ridho-Nya. Barangsiapa murka (dengan ketentuan-Nya) maka ia pun akan mendapat murka-Nya” (HR. Tirmidzi)
Terkait hadits ini, Syeikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin RA menjelaskan bahwa segala urusan hamba berada di tangan Alloh SWT dan terjadi dengan kehendak-Nya. Manusia tidak akan terlepas dari kesalahan, maksiat dan kelalaian dari berbagai kewajibannya. Jika Alloh SWT menghendaki kebaikan pada seseorang maka Dia akan menyegerakan hukuman bagi pelaku maksiat di dunia atas berbagai dosanya tersebut. Hukuman atau ujian yang Alloh SWT berikan bisa saja terjadi pada harta, keluarga, diri pelakunya sendiri atau orang yang ada hubungan dengannya.
Setiap ujian dalam bentuk musibah akan membersihkan pelakunya dari dosa. Bahkan sampai rasa sakit yang begitu dahsyat dirasakan disaat kematian juga karena masih tersisanya kesalahan pada diri manusia. Dengan demikian seseorang yang mendapatkan hukuman di dunia akan tersucikan dan menghadap Alloh SWT dalam keadaan bersih dari dosanya.
Seorang mukmin tidaklah pantas berputus asa dari rahmat Alloh SWT. Mereka yang mengenal Alloh SWT dengan benar, terutama dengan mentadaburi nama-nama dan sifat-sifat-Nya, pasti akan tertanam dalam jiwa mereka keyakinan yang mendalam diiringi harapan atas rahmat (kasih sayang) dan pertolongan-Nya.
Alloh SWT tidak akan menyia-nyiakan amal hamba-hamba-Nya yang beriman dan membiarkan mereka tanpa pertolongan-Nya. Manakala seorang mukmin melaksanakan nilai-nilai Islam dengan baik, melaksanakan konsekuensi dari keimanannya, juga taat kepada Alloh SWT dan Rosul-Nya, maka pasti Alloh SWT akan menolongnya. Sebagaimana Rosululloh SAW bersabda:
(( اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعرَّفْ إِلَى اللهِ في الرَّخَاءِ يَعْرِفكَ في الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبكَ، وَمَا أصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْراً ))
“Jagalah Alloh, pasti kau dapati Dia dihadapanmu (dengan menolongmu). Kenalilah (ingatlah) Alloh di saat lapangmu pasti Dia mengenalmu di saat sempitmu. Ketahuilah bahwa apa saja yang telah ditentukan Alloh tidak menimpamu pasti tidak akan menimpamu. Sebaliknya, apa yang telah ditentukan menimpamu pasti tidak akan meleset darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu menyertai kesabaran, kelapangan itu menyertai kesempitan, dan bersama kesulitan pasti ada kemudahan” (HR. Tirmidzi).