Oleh: Arifin, SHI.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Robb kalian akan menutupi kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS. at-Tahrim [66] :8)
Tatkala seorang hamba dipenuhi lumpur dosa dan debu kemaksiatan. Lalu cahaya Islam dan lentera hidayah masuk dalam relung kalbunya, ia pun bertanya-tanya dalam hatinya, aku ingin bertaubat hanya saja dosaku terlalu banyak, tidak satu perbuatan kejipun melainkan telah kuperbuat, dan tak satu bentuk dosapun melainkan aku telah terjerumus ke dalamnya. Aku tak tahu, apakah Alloh akan mengampuni dosa-dosa yang kuperbuat?
Saudaraku, jawaban tuntas dan memuaskan pertanyaan di atas adalah wahyu Ilahi. Dialah pelipur hati dan obat sanubari dari segala kegundahan dan kegelisahan. Perhatikanlah firman Alloh berikut;
“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs.az-Zumar [39] : 53)
Ibnu Katsir berkata, “(Pengampunan) ini mencakup seluruh perbuatan dosa, baik kekufuran, kesyirikan, keraguan, kenifakan, pembunuhan, kefasikan, dan yang lain-lain. Siapa saja yang bertaubat dari jenis perbuatan dosa itu, niscaya Alloh akan menerima taubatnya. (Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, juz 2, hal 380)
Saudaraku, adanya keraguan dalam benak diri orang yang hendak bertaubat kepada Alloh terhadap ampunan Alloh disebabkan oleh lemahnya amalan hati orang tersebut, yaitu roja’ (berharap) terhadap ampunan dan rahmat Alloh yang begitu luas kepada para hamba-hamba-Nya.
Sungguh, Alloh Yang Maha Pengampun lagi Maha Penerima Taubat akan memberikan ampunan kepada para hamba-Nya, meskipun dosa mereka bertumpuk tumpuk menyentuh awan di langit atau sepenuh bumi, selama mereka berjumpa dengan-Nya dalam keadaan tidak menyekutukan kepada sesuatu apapun.
Dalam hadits qudsi shohih yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi bahwa Alloh berfirman;
“Wahai anak Adam! Selagi engkau berdo’a kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang telah lampau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam andaikata dosamu bertumpuk-tumpuk menyentuh awan dilangit kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan kemudian engkau mendatangi-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan sepenuh bumi ampunan.”
Kurangnya keimanan tentang kekuasaan Alloh untuk mengampuni seluruh dosa, juga merupakan faktor yang menjadikan seseorang akan bertaubat memiliki keraguan akan memperoleh ampunan-Nya. Untuk mengobati keraguanan ini, cukuplah baginya jawaban dari hadits qudsi yang shohih;
“Alloh berfirman, “Barangsiapa yang mengetahui bahwa Aku mempunyai kekuasaan untuk mengampuni dosa-dosa, niscaya Aku mengampuni dosa-dosanya dan Aku tidak peduli, selagi dia tidak menyukutukan-Ku dengan sesuatu apa-pun. “ (HR. Thobroni dan Hakim)
Disisi lain, tidak menganggap bahwa taubat itu mampu menghapus dosa-dosa merupakan faktor utama munculnya keraguaan bagi orang yang hendak bertaubat. Padahal, Rosululloh bersabda;
“Orang yang bertaubat dari dosa kedudukannya sebagaimana orang yang tidak punya dosa.” (HR. Ibnu Majah)
Taubat Nasuha
Buah taubat nasuhaa begitu indah dan manis. Penghapusan dosa dan dimasukan ke dalam surga merupakan balasan bagi orang-orang yang bertaubat dengan semurni-murninya.
Alloh berfirman;
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Robb kalian akan menutupi kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, …” (QS. at-Tahrim [66] :8)
Syaikh Abu Bakr al-Jazairi berkata, “Inilah seruan yang kedua padanya Alloh menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman agar memerintahkan kepada mereka segera bertaubat nasuhaa. Dengan taubat itu pelaku kemaksiatan tidak akan kembali terjerumus ke dalam perbuatan dosa sebagaimana tidak mungkin kembalinya air susu ke putingnya. Alloh menjanjikan dan memberikan kabar gembira bagi mereka dengan penghapusan dosa dan surga, negeri kenikmatan dan keabadiaan.” (Aisaru at-Tafaasir, juz 4, hal 282)
Taubat nasuhaa bukanlah taubat sembarang taubat. Kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan tetapi mengandung konsekuensi yang besar. Ia bukanlah ucapan seseorang, “Aku bertaubat” tetapi ia tetap terjerumus dalam perbuatan dosa yang diperbuat.
Dalam kitab Ma’alim at-Tanzil, karya Imam Baghowi , beliau menyebutkan arti taubat nasuhaa menurut para mufasir;
- Umar, Ubay, dan Mu’adz ; bertaubat dan tidak akan mengulangi perbuatan dosa sebagaimana air susu tidak kembali ke putingnya.
- Hasan al-Bashri : seorang hamba menyesal atas perbuatan dosa yang diperbuat di masa lampu dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya.
- Al-Kalbi ; permohonan ampun dengan lisan, penyesalan dalam hati, dan menahan anggota badan.
- Al-Qordhi ; taubat nasuhaa di dalamnya terhimpun empat perkara, yaitu istighfar dengan lisan, meninggalkan dengan anggota badan, dan bertekad kuat dalam hati untuk tidak mengulang, dan meninggalkan keburukan teman-temannya. (Ma’alim at-Tanzil, juz 8, hal 169)
Dengan demikian ketika seorang dikatakan telah bertaubat nasuhaa berarti memiliki beberapa kriteria.
Orang itu menyesal terhadap perbuatan dosa yang dilakukan di masa silam. Tidak ada rasa kebanggaan dan kegembiraan diri sedikitpun dihadapan orang-orang yang berada disekitarnya atas maksiat yang telah dilakukan. Rosululloh bersabda, “Penyesalan adalah taubat.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Orang itu meninggalkan perbuatan maksiat atau tempat maksiat, karena dengan tersediannya hal itu akan menjerumuskan dia kepada kemaksiatan lagi atau memisahkan diri dari orang-orang yang mendorong perbuatan maksiat.
Orang itu tidak mempunyai angan-angan atau cita-cita dalam hatinya mewujudkan kemaksiatan. Iapun bertekad untuk tidak mengulang kembali apa yang dilakukan di masa lampau.
Demikianlah catatan ringkas tentang taubat nasuhaa. Semoga Alloh senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita untuk senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Artikel:
www.inilahfikih.com