Sahabat Nabi
DEFINISI SAHABAT
Sahabat ialah orang yang berjumpa dengan Nabi ﷺ dalam keadaan beriman dan wafat dalam keadaan Islam. Masuk dalam definisi ini ialah orang yang bertemu dengan Nabi ﷺ baik lama atau sebentar, baik meriwayatkan hadits dari beliau atau tidak, baik ikut berperang bersama beliau atau tidak. Demikian juga orang yang pernah melihat beliau sekalipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta. Masuk dalam definisi ini orang yang beriman lalu murtad kemudian kembali lagi ke dalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam seperti Asy’ats bin Qais.
Kemudian yang tidak termasuk dari definisi sahabat ialah:
- Orang yang bertemu beliau dalam keadaan kafir meskipun dia masuk Islam sesudah itu (yakni sesudah wafat beliau).
- Orang yang beriman kepada Nabi Isa dari ahli kitab sebelum diutus Nabi dan setelah diutusnya Nabi dia tidak beriman kepada beliau.
- Orang yang beriman kepada beliau kemudian murtad dan wafat dalam keadaan murtad. (Al-Ishabah fil Tamyizis-Shahabah I hal. 7-8)
Keluar pula dari definisi sahabat ialah orang-orang munafik, meskipun mereka bergaul dengan Rosululloh ﷺ. Alloh ﷻ dan Rosul-Nya mencela orang-orang munafik. Dan nifaq lawan dari iman. Alloh ﷻ pun memasukkan orang munafik ke dalam golongan orang-orang yang sesat, kafir, dan ahli neraka. (Lihat: QS. an-Nisaa: 137, 138, 141, 142, 143, 145. Juga QS. ali Imran: 8 – 20)
KEAGUNGAN SAHABAT
Para sohabat adalah orang-orang yang telah berjuang dengan gigih bersama Rosululloh demi untuk menegakkan Islam dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia, hingga manusia dapat terbebas dari kegelapan jahiliyah yang selama ini menyelimuti mereka, hingga akhirnya mereka dapat merasakan nikmat dan manisnya iman dan Islam. Dalam diri mereka dapat kita temukan ketundukan yang mutlak kepada Islam, pembelaan terhadap kepentingan umat, setia dan taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, corak serta tatanan kehidupan yang diangan-angankan oleh kaum muslimin terlihat dengan jelas dalam bias sinar kehidupan mereka yang harus kita ikuti, generasi robbani (terdidik) di bawah tangan pendidik yang ulung; Rosululloh.
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang menerangkan keutamaan dan keagungan sahabat Nabi ﷺ, di antaranya:
- Para sahabat Nabi ﷺ adalah umat generasi terbaik.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali ‘Imron: 110)
- Mereka dan orang-orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang adil.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدًاۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِي كُنتَ عَلَيۡهَآ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) “umat pertengahan” agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqoroh: 143)
- Mereka adalah orang-orang yang mendapat keridhoan Alloh.
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنِ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 100)
- Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَواْ وَّنَصَرُوٓاْ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّاۚ لَّهُم مَّغۡفِرَةٌ وَرِزۡقٌ كَرِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. al-Anfal: 74)
- Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ فِيكُمۡ رَسُولَ ٱللَّهِۚ لَوۡ يُطِيعُكُمۡ فِي كَثِيرٍ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ لَعَنِتُّمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِي قُلُوبِكُمۡ وَكَرَّهَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡكُفۡرَ وَٱلۡفُسُوقَ وَٱلۡعِصۡيَانَۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ
“Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kalian ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kalian dalam banyak hal, pasti kalian akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hati kalian, serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. al-Hujurat: 7)
- Para sahabat Nabi ﷺ adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (QS. at-Taubah: 20)
- Mereka adalah orang-orang yang benar (jujur imannya).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
- Mereka adalah orang-orang yang bertaqwa.
إِذۡ جَعَلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَأَلۡزَمَهُمۡ كَلِمَةَ ٱلتَّقۡوَىٰ وَكَانُوٓاْ أَحَقَّ بِهَا وَأَهۡلَهَاۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيْمًا
“Ketika orang-orang yang kafir menanamkan kesombongan dalam hati mereka (yaitu) kesombongan jahiliah, maka Allah menurunkan ketenangan kepada rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin, dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa, dan mereka lebih berhak dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Fath [48]: 26)
- Mereka adalah orang-orang yang menjengkelkan orang-orang kafir dan orang-orang yang benci kepada kekafiran.
لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ
“Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (QS. al-Fath [48]: 29)
- Sebaik-baik umat adalah sahabat Nabi ﷺ, karena mereka menemani Nabi yang terbaik, Rosululloh bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik dari kalian (generasi) adalah genarasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya…” (HR. Bukhori)
SIKAP TERHADAP PARA SAHABAT NABI ﷺ
- Mencintai para sahabat Nabi ﷺ dengan kalbu yang tulus dan memuji mereka dengan lisan. Rosululloh bersabda tentang sahabat Anshor: “Tidak akan mencintai mereka kecuali orang-orang yang beriman.” (HR. Bukhori dan Muslim)
- Menyayangi para sahabat Nabi ﷺ dan memintakan ampun untuk mereka.
Alloh berfirman: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirinn dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah telah mendahului kami dengan iman.” (QS. Al-Hasyr: 10)
- Menahan diri dari sikap memperbincangkan kekeliruan sahabat Nabi ﷺ dan tidak mencela mereka. Para sahabat adalah mujtahid, jika mereka benar maka mereka akan dapat dua ganjaran dan akan diberi pahala atas amal shalih mereka, serta akan diampuni dosa-dosa mereka. Adapun jika ada pada mereka kesalahan-kesalahan, sungguh kebaikan dari Alloh telah mereka peroleh, maka se-sungguhnya Alloh akan mengampuni dosa mereka dengan taubat mereka atau dengan perbuatan baik yang mereka kerjakan yang dapat menghapuskan dosa-dosa mereka atau dengan yang lainnya. Sesungguhnya mereka adalah sebaik-baik umat dan sebaik-baik masa (generasi). (Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah)
Rosululloh bersabda: “Janganlah kalian mencela salah seorang di antara sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalianmenafkahkan emas segunung Uhud, niscaya hal itu tidak akan mampu mencapai derajat satu mud dari mereka atau bahkan setengahnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
- Mengikuti sahabat Nabi ﷺ yang merupakan realisasi dan penerapan kepatuhan mereka kepada Alloh. Rosululloh ﷺ bersabda:
“Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.” (Maa Ana ‘Alaihi wa Ashaabi, 59)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Kaum muslimin dalam aqidahnya membutuhkan 2 hal pokok. Salah satu dari dua hal pokok tersebut adalah mengenal apa yang dikehendaki Alloh dan Rosul-Nya tentang lafaz-lafaz al-Qur’an dan as-Sunnah dengan cara mengenal bahasa al-Qur’an yang diturunkan. Serta apa yang diucapkan oleh para sohabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik serta seluruh ulama kaum muslimin tentang makna lafaz-lafaz tersebut. Karena, ketika Rosululloh berdialog dengan mereka tentang al-Qur’an dan as-Sunnah, beliau pun menerangkan kepada mereka apa saja yang dikehendaki dari lafaz-lafaz tersebut. maka, penerangan para sahabat Nabi ﷺ tentang makna-makna al-Qur’an lebih sempurna dibandingkan hafalnya mereka terhadap huruf-hurufnya dan mereka menyampaikannya kepada para tabi’in dengan upaya yang lebih besar dibandingkan dengan upaya mereka menyampaikan huruf-hurufnya.” (Majmu’ al Fatawa: 17/353)