(Oleh: Hawari, M.E.I)
Alhudapeduli.com |Banyaknya keluarga yang terjebak dalam kubangan dosa menjadikan kita merinding saat mendengarnya. Merinding karena kebanyakan modusnya adalah keluarga yang notabenenya keluarga muslim. Namun sayangnya dosa-dosa tersebut seringkali tidak disadari oleh anggota keluarga. Bahkan dijadikan sebagai profesi untuk menafkahi anak dan istri setiap hari.
Dalam realitanya, sudah menjadi berita yang “biasa” kita santap setiap hari berkaitan dengan keluarga yang bergelimang dengan dosa besar. Sang ayah hobinya judi dan main perempuan; Sang istri suka pacaran dengan rekan kerja; Dan sang anakpun mabuk-mabukan, tawuran, pacaran, narkoba serta gemar nonton video porno.
Sadar atau tidak sadar, sebenarnya setiap kali ada pelaku dosa dalam keluarga kita, hakikatnya ia sedang melubangi dan mengoyak dinding bahtera rumah tangga kita. Jika satu sama lain tidak saling mengingatkan, maka yang akan tenggelam bukan hanya yang melubangi saja. Semuanya akan tenggelam saat bahtera terkoyak di tengah lautan yang luas dan dalam.
Waspadailah Dosa-Dosa Penghancur Keluarga
Saudaraku yang dirahmati Alloh SWT…, Jangan dibiarkan jika ada di antara anggota keluarga kita terjerumus dalam dosa apalagi dosa besar. Terkadang karena rasa canggung dan tidak enak, seringkali kita “tidak tega” menasehati keluarga kita untuk menjauhi perbuatan dosa. Akhirnya mereka “terbiasa” melakukan berbagai macam dosa yang dianggap biasa.
Adapun di antara dosa-dosa yang dianggap biasa dan mengoyak bahtera keluarga kita adalah sebagian berikut:
- Keluarga meninggalkan sholat.
Banyak sekali keluarga muslim yang masih meninggalkan sholat. Saat adzan berkumandang banyak di antara mereka yang malah asyik nongkrong di depan TV atau ngobrol di serambi rumah. Akhirnya masjidpun sepi dari jamaah. Kalaupun ada jamaahnya, biasanya mereka adalah jamaah tetap alias “itu-itu saja”. Bahkan ada di antara mereka yang tidak menjalankan sholat kecuali sholat tarawih di bulan Romadhon dan sholat ied saja. Sungguh ironis sekali keluarga seperti ini.
Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan karena mengancam status keimanan seseorang. Terkadang dengan berbagai alasan mereka berdalih dalam meninggalkan sholat. Ada yang beralasan sibuk, ribet, menyita waktu dan lain-lain. Namun pada hakikatnya mereka ingin bebas atau “free land” dari kewajiban menjalankan syariat. Oleh karena itu PR besar bagi setiap rumah tangga muslim adalah bagaimana menegakkan sholat dalam rumah tangga mereka.
- Bergelimang dengan dunia sihir dan perdukunan.
Terlalu banyak juga keluarga muslim yang masih bergelut dengan dunia sihir dan perdukunan. Bahkan dewasa ini sihir dan perdukunan semakin canggih berkembang lewat dunia maya. Karena ingin sukses bisnis dan karir, seringkali suami-istri bareng-bareng berbuat kufur dengan pergi ke dukun. Ada juga karena rebutan warisan, antar saudara saling menyihir dan melukai kerabat lainnya.
Ternyata realitanya bukan hanya dikalangan orang dewasa saja, dunia anak-anakpun dilibas persihiran dengan dalih mencari bakat melalui berbagai kursus sihir yang menjanjikan. Semua ini tentunya harus diwaspadai oleh kita semua. Jangan sampai ada satu anggota keluargapun yang terjerat oleh sindikat dukun dan persihiran.
- Berpatokan Dengan Adat Nenek Moyang
Adat nenek moyang seringkali mengoyak keluarga muslim dalam menjalankan syariat islam. Mulai dari ritual syirik saat kehamilan, kelahiran, menikah bahkan sampai ritual kematian. Mereka beranggapan hal tersebut adalah bentuk amal sholih yang disyariatkan. Padahal tidak lain merupakan budaya agama lain yang kufur terhadap syariat Alloh SWT
Banyak juga keluarga yang ngakunya muslim, Namun giliran punya hajatan mulailah otak-atik hari keberuntungan dengan berpatokan primpon atau wangsit. Bahkan tata cara penyelenggaraannyapun dengan tata cara menurut adat bukan syariat. Seolah hukum adat lebih mulia daripada hukum Alloh SWT
Hukum adat inilah yang masih banyak diterapkan keluarga muslim di negeri ini daripada syariat Islam. Padahal negeri ini adalah negeri yang diklaim sebagai negeri mayoritas penduduknya muslim. Akan tetapi kenyataannya banyak sekali hukum islam yang teramputasi oleh umat islam sendiri.
Semoga semakin berjalannya waktu semakin tinggi pula kesadaran keluarga muslim dalam menjalankan syariat islam dan meninggalkan hukum adat istiadat yang bertentangan dengan syariat islam.
- Istri dan anak perempuan dibiarkan tak berjilbab.
Kewajiban berjilbab laksana kewajiban sholat dan berpuasa. Para ulama sepakat bahwa barang siapa yang mengingkari kewajiban berjilbab maka dia telah kufur. Namun sayangnya banyak orang tua yang belum faham kewajiban besar ini terhadap para putrinya.
Mereka membiarkan para putrinya telanjang tanpa jilbab saat keluar rumah. Di sekolahpun dibiarkan campur baur laki-laki dan perempuan tanpa batas. Seolah rasa cemburunya telah binasa melihat putrinya dinikmati wajah, rambut bahkan postur tubuhnya oleh mata-mata jalang yang penuh birahi. Mata-mata jalang tersebut memburu aurat putrinya bagaikan srigala lapar yang mengintai kijang jinak yang siap disantap.
Wahai para ayah tercinta…, kami yakin tidak ada seorang ayahpun tega melihat anak istrinya menderita di dunia dan akhirat. Jika untuk dunia saja Anda rela banting tulang dan peras keringat, Lantas mengapa banyak ayah yang “tega” membiarkan istri dan putrinya tercinta menumpuk dosa dengan mengumbar auratnya? Mengapa membiarkan kehormatan istri dan putrinya diobral di jalanan, di sekolah, pasar dan tempat kerja? Di manakah rasa cemburu terhadap perbuatan dosa yang mengoyak bahtera rumah tangga itu? Semoga Alloh SWT menjadikan keluarga muslim keluarga yang taat dengan menutup aurat.
Jangan Biarkan Bahtera Kita Terkoyak
Saudaraku yang dirahmati Alloh SWT, Sangat beruntung sekali jika kita dipilih Alloh SWT menjadi orang yang diberi hidayah. Namun kesolehan kita sendiri tidak cukup. Kita harus berpikir dan bekerja keras bagaimana anggota keluarga kita semuanya juga bisa merengkuh cahaya hidayah. Semua itu karena kita ibarat hidup dalam satu bahtera. Apabila bahtera itu terkoyak, maka semua penumpangnya akan tenggelam dalam lautan.
Sungguh betapa indahnya perumpaan Nabi SAW berikut ini:
«مَثَلُ القَائِم فِيْ حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيْهَا، كَمَثَلِ قَوْمٍ اِسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا، وَبَعْضُهُمْ أَسْفلَهَا، فَكَانَ الَّذِيْ فِيْ أَسْفَلَهَا إذا استَقَوْا من الماء مَرُّوا على مَنْ فَوقَهمْ، فقالوا: لو أنا خَرَقْنا في نَصِيبِنَا خَرقا ولَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنا؟ فإن تَرَكُوهُمْ وما أَرَادوا هَلَكوا وهلكوا جَميعا، وإنْ أخذُوا على أيديِهِمْ نَجَوْا ونَجَوْا جَميعا
“Perumpamaan orang-orang yang melanggar larangan-larangan Alloh dan orang-orang yang menaatinya adalah ibarat satu kaum yang bersama-sama naik ke sebuah bahtera (kapal). Sebagian mereka berada di atas dan sebagian lagi berada di bawah. Bila orang-orang yang berada di bagian bawah ingin mengambil air, maka mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu orang-orang yang berada di bagian bawah mengatakan,”Kita lubangi saja lambung kapal ini agar kita memperoleh air tanpa harus menyusahkan orang-orang yang di atas kita”. Jika mereka dibiarkan melakukan niat mereka, maka semua orang yang berada di kapal tersebut pasti celaka. Tetapi jika mereka dicegah, maka orang-orang itu bisa selamat dan selamat pula seluruh penumpang bahtera itu!” (HR. Bukhori dan Tirmidzi)
Jadi membiarkan anggota keluarga berbuat dosa sama saja membiarkan bahtera rumah tangga kita terkoyak. Tentu dosa-dosa tersebut jika dibiarkan akan bergumul dalam keluarga. Bahkan menggumpal dan mengeras menjadi cadas bagaikan karang di tengah lautan. Jika sang nahkoda tidak berhati-hati maka bahtera bisa menabrak. Akhirnya bahtera keluargapun hancur terkoyak dan kandas di tengah perjalanan.
Semoga bahtera rumah tangga kita tidak demikian adanya. Wallohu al musta’an.