Malam lailatulqadar tentunya merupakan malam yang dinantikan oleh setiap muslim, yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Bahkan, malam tersebut juga adalah malam yang dicari-cari oleh manusia terbaik di alam semesta ini, yaitu nabi Muhammad ﷺ. Oleh karenanya, Nabi ﷺ bahkan pernah beriktikaf sebulan penuh karena ingin mencari malam lailatulqadar. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
اعْتَكَفَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ عَشْرَ الأُوَلِ مِن رَمَضَانَ واعْتَكَفْنَا معهُ، فأتَاهُ جِبْرِيلُ، فَقالَ: إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ، فَاعْتَكَفَ العَشْرَ الأوْسَطَ، فَاعْتَكَفْنَا معهُ فأتَاهُ جِبْرِيلُ فَقالَ: إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ
“Rasulullah ﷺ beriktikaf di sepuluh malam pertama di bulan Ramadan, dan kami pun beriktikaf bersamanya. Maka datanglah kepadanya Jibril dan berkata, ‘Sesungguhnya yang engkau cari di depanmu’. Maka beliau beriktikaf di sepuluh malam kedua dan kami pun beriktikaf bersamanya. Maka datanglah kepadanya Jibril dan berkata, ‘Sesungguhnya yang engkau cari di depanmu’.”(HR. Bukhori)
Para sahabat dan istri-istri nabi ﷺ juga ikut bersama nabi untuk mencari malam lailatulqadar. Maka jadilah mencari malam lailatulqadar bagi kaum muslimin sebagai kegiatan tahunan, begitu pula iktikaf menjadi ritual tahunan dalam rangka untuk mencari lailatulqadar.
Hal ini sangatlah wajar karena malam ini memiliki keutamaan yang sangat banyak. Sampai-sampai Allah ﷻ menurunkan surah khusus dalam Al-Qur’an yang disebut dengan surah Al-Qadar, di mana surah ini khusus menjelaskan tentang keutamaan lailatulqadar. Ini sudah cukup bagi kita untuk meyakini bahwa malam lailatulqadar adalah malam yang sangat mulia.
Oleh karenanya, setiap muslim harus memiliki persiapan untuk menuju malam tersebut. Barang siapa yang tidak memedulikan hal ini sehingga ia pun terhalang dari keutamaan lailatulqadar, maka dia adalah orang yang sangat merugi.
Sebagaimana dalam hadits bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ
“Sesungguhnya bulan ini (Ramadan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya) kecuali mahrum (yang memang terhalangi dari kebaikan).”(HR. Ibnu Majah)
Lantas, apa saja keutamaan malam lailatul qadar itu?
1. Malam diturunkannya al-Qur’an
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. (QS. al-Qodar: 1)
2. Malam penuh keberkahan
Lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٖ مُّبَٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
‘Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan’ (QS. ad-Dukhon: 3)
Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “(Malam yang diberkahi) itulah Lailatul Qadr, (yang terjadi) pada bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran…” (QS. Al-Baqarah: 185)
3. Malam yang lebih baik dari 1000 bulan
لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ
‘Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.’ (QS. al-Qodar: 3)
Nabi juga bersabda:
…وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ…
“…Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan..” (HR. Ibnu Majah)
An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Latoiful Ma’arif)
Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zadul Masir)
4. Malam turunnya malaikat jibril dan malaikat rahmat ke langit dunia.
تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (QS. al-Qodar: 4)
Sebagaimana kata Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam lailatul qadar dengan jumlah tak terhingga. (Zadul Masir)
5. Malam keselamatan dan kesejahteraan
سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. al-Qodar: 5)
Maksudnya adalah pada malam Lailatul Qadr penuh dengan seluruh kebaikan dan keberkahan, selamat dari segala kejahatan dan keburukan apapun, setan-setan tidak mampu berbuat kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi harinya. Ini adalah perkataan sebagian besar ulama seperti Mujahid, Nafi’ , Qatadah, Ibnu Zaid, Abdurrahman bin Abi Laila dan lain-lainnya rohimahumulloh. (Tafsir ath-Thabari , al-Jami’ li Ahkamil Quran, Tafsir al-Quranil Azhim, ad-Durrul Mantsur)
Malaikat akan turun membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar. (Zadul Masir)
Adapun yang dikatakan oleh Asy Sya’bi rahimahullah adalah pada malam itu para malaikat memberikan ucapan salam kepada para penghuni masjid-masjid (yang beribadah di dalamnya) sampai terbit fajar. (al-Jami’ li Ahkamil Quran dan Tafsir al-Quranil Azhim)
6. Malam pengampunan dosa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhori)
Maka siapa saja yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan ibadah seperti shalat, membaca al-Qur’an, bersedekah, i’tikaf dan ibadah yang lainnya dengan ikhlas karena keimanan dan mengharapkan pahala dari Alloh, maka ia akan mendapatkan pengampunan dosa dari Alloh atas dosa-dosa yang telah lalu.
Selain ragam ibadah tersebut, juga disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata : “Aku bertanya, “Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar terjadi, apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah Engkau Maha Pemaaf dan mencintai orang yang meminta maaf, maka maafkanlah aku” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Dan sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa pada setiap waktu, terlebih di bulan Ramadhan, dan terutama lagi pada sepuluh malam akhirnya, di malam-malam ganjilnya” (Tafsir al-Quranil Azhim)
7. Malam ditentukannya takdir setahun kedepan
فِيهَا يُفۡرَقُ كُلُّ أَمۡرٍ حَكِيمٍ . أَمۡرٗا مِّنۡ عِندِنَآۚ إِنَّا كُنَّا مُرۡسِلِينَ
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul. (QS. ad-Dukhon: 4-5)
Demikian wallohu t a’lam.